“Mau
kuliah dimana, Nak?”, tanya salah seorang guru pada sebuah forum diskusi kelas
kala itu. “Bingung Bu, Saya bahkan tidak tahu mau jadi apa esok”.
Mungkin
– atau memang sudah budaya – sebuah fenomena yang mendarah daging pada generasi
muda yang ibarat sebuah kapal tanpa awak, bingung tak tahu tujuan hidupnya.
Sungguh sebuah ironi jika seorang siswa sekolah menengah atas yang mau menjadi
mahasiswa, tidak tahu apa yang akan ia lakukan untuk hari esoknya.
Memang
bukan isu “gamblang” lagi jika kita membicarakan potensi diri. Tidak sedikit
orang tahu arti potensi diri itu sendiri, namun ironisnya banyak pula yang
tidak memahami apa potensi diri itu.
Banyak
orang menganggap isu “ketidaksadaran potensi diri” adalah sebuah kasus sepele
seperti uang koin seratus rupiah yang jatuh ke saluran pembuangan. Beberapa
orang terus mencari uang koin yang jatuh itu karena menganggap itu adalah
satu-satunya bekal mereka, namun tak jarang yang gagal pula. Oleh karena itu,
tidak mengherankan banyak pelajar terjebak dalam jerat tali hitam kegagalan,
dan juga keputusasaan.